Saatnya Mendengakan

Di saat komunikasi sosial sedang gaduh, mendengarkan adalah cara yang sangat baik untuk  menyejukkan suasana dan meningkatkan kebijaksanaan.

Kita saat ini sedang mengalami zamannya orang banyak bicara. Keluhan ringan, protes, dan demonstrasi dapat disaksikan setiap hari. Media massa tidak pernah absen menayangkan tuntutan masyarakat mengenai berbagai hal. Banyak kebutuhan yang belum terpenuhi, bahkan hak-hak yang semestinya tidak perlu ditagih pun saat ini harus disuarakan dengan lantang. Ini zamannya orang berbicara dengan keras. Tidak jarang bahasa verbal yang artistik sudah tidak ada maknanya lalu orang menggunakan bahasa yang lebih agresif dan cenderung sarkasme. Sedikit sekali orang yang mau mendengar sampai si pembicara selesai berbicara. Kita sering melihat di telivisi acara debat bahkan talk show, yang terjadi perdebatan seru tanpa saling menunggu lawan bicaranya selesai. Top of FormBottom of FormBanyak orang bisa ‘berkata’, namun sedikit yang mau ‘mendengar’.  Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam, seharusnya kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah Tuhan memberi kita dua  telinga dan hanya satu mulut?  Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir. Indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara?

Meski secara kasat mata mendengar adalah hal yang gampang, namun nyatanya
banyak orang yang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan. Mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus, biasanya akan muncul banyak masalah. Yang sering terjadi, kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Merasa paling benar sering terjadi pada orang tua dengan anaknya atau orang y
ang lebih dewasa kepada yang lebih muda. Kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya tergantung pada cara kita. Selalu merasa benar, paling kompeten, dan tidak pernah melakukan kesalahan. Malaikat kali!.. :-) Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar, dan cara kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah mendengarkan. Ide dan opini kita sangat sukar untuk diubah jika fakta tidak mendukung keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta pun kita mungkin hanya akan sekedar meliriknya saja. Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita, tapi untuk jangka waktu yg panjang, orang-orang akan menolak dan membenci kita. Jika kita mau mulai mendengarkan  orang lain, maka suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita. Jawaban  untuk mengatasi sifat ini adalah mengasah skill mendengar aktif.

            Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut, tapi juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara. Mendengar adalah komitmen untuk memahami pembicaraan dan perasaan lawan bicara kita. Ini juga sebagai bentuk penghargaan bahwa apa yang orang lain bicarakan adalah bermanfaat untuk kita.
Pada saat yang sama kita juga bisa mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut. Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika kita melakukannya dengan baik, orang-orang akan tertarik dengan kita dan interaksi kita akan semakin harmonis. Berikut teknik mudah yang dapat dipraktekkan   dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik :

1. Peliharalah kontak mata dengan baik.

Ini menunjukkan kepada lawan bicara  tentang keterbukaan dan kesungguhan
kita dan sebuah penerimaan.

2. Condongkan tubuh ke depan.

Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik pembicaraan. Cara ini  juga akan mengingatkan kita untuk  memiliki sudat pandang yang lain,  yaitu tidak hanya fokus pada diri Ikita. Tetapi mencoba berbagi perhatian.

3. Buat pertanyaan atau ajukan pertanyaan

Ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada informasi baru yang perlu kita selidiki dari lawan bicara kita. Ini menunjukan bahwa kita memahami apa yang di bicarakan si pembicara sehingga akan lebih terbuka.

4. Buat selingan pembicaraan yang menarik.

Hal ini bisa membuat percakapan lebih hidup dan tidak  monoton.

5.Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh lawan bicara kita.

 Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan dengan baik hingga hapal beberapa cuplikan kata.

6. Buatlah komitmen untuk memahami

Berusaha memahami apa yang orang lain  katakan, meskipun kita tidak suka atau marah. Dari sini kita akan mengetahui nilai-nilai yang diterapkan  lawan bicara kita, yang mungkin berbeda
dengan nilai yang kita terapkan.

Trik di atas harusnya dilakukan oleh semua orang, terutama orang tua dan anaknya atau guru dengan siswanya agar terjalin komunikasi yang efektif. Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya. Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka suatu saat kita akan merasakan manfaatnya.
Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun pekerjaan.

 Kesimpulannya jadilah pendengar yang baik, karena sifat ini bisa menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang positif, dan merupakan salah satu tangga Anda  untuk mencapai kesuksesan! 

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved