Metode pembelajaan telah berkembang begitu pesat. Khusus selama pandemi, ruang-ruang digital dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Awal tahun ini, Dinas Pendidikan DKI Jakarta sempat menyebut blended learning akan diterapkan di sekolah-sekolah selama masa pandemi COVID-19. Gagasan ini kembali muncul dalam paparan Alta School, sekolah blended learning yang mengklaim setara pembelajaran konvensional berkonsep Live Teaching Interactive berbasis teknologi. Di laman Ruangguru, dikutip Kamis, 9 September 2021, blended learning dijelaskan sebagai metode pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan. Ini termasuk cara penyampaian dan gaya pembelajaran, sehingga tetap menekankan interaksi sosial, tapi tidak meninggalkan aspek teknologi. Dalam konteks Alta School, kepala sekolahnya, Devi Silviaty Gunawan menjelaskan mereka menerapkannya dalam empat cara. Itu adalah Live Teaching Interaktif, Penguatan Karakter, Home-based Project, dan Aktivitas Mandiri yang tujukan pada murid PAUD dan SD kelas 1--3. "Home-based project ini menggunakan benda sehari-hari yang mudah didapatkan. Jadi berupa praktik sederhana yang bisa dilakukan dalam lingkungan mereka sendiri," kata Devi dalam jumpa pers virtual, Kamis, 9 September 2021. Dengan area kurikulum literasi baca-tulis, literasi numerasi, kemanusiaan, olahraga, dan seni budaya, mereka bermaksud membentuk anak yang luhur hati, luhur pikiran, dan luhur karya. Luhur hati terefleksi dari sifat apresiatif, eksploratif, empati, independen, peka sosial dan kultur, inisiatif, adaptif, dan tekun. Sementara luhur pikiran ini memuat keingintahuan, punya tujuan, komunikatif, berpengetahuan, kreatif, logis, berpikiran terbuka, kritis, reflektif, dan bijak. Terakhir, luhur karya, sasarannya membuat anak tertib, tangkas, inventif, kolaboratif, dan cekatan. |