Ketahui
Apa Saja Metode Penilaian Persediaan Beserta Perbedaannya
Salah satu cara untuk
menghitung nilai total persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada
periode tertentu adalah dengan menggunakan metode penilaian persediaan. Penghitungan nilai
persediaan berdasarkan total biaya yang dikeluarkan untuk membeli persediaan
dan menyiapkannya untuk dijual di pasar. Pemilihan metode ini sangat
penting dalam akuntansi di mana penilaian setiap item berperan dalam menghitung
Harga Pokok Penjualan. Penggunaan metode penilaian
persediaan yang tepat juga akan berdampak langsung terhadap data dalam laporan
laba rugi dan laporan neraca. Oleh karena itu, artikel
ini akan menjelaskan apa saja macam-macam metode penilaian inventaris beserta
perbedaan dan contohnya.
Pekerja memikirkan metode
penilaian persediaan apa yang akan digunakan Apa
Itu Penilaian Persediaan? Yang dimaksud dengan
penilaian persediaan adalah praktik akuntansi yang digunakan oleh suatu
perusahaan untuk mengetahui nilai persediaan yang tidak terjual.
Nilai persediaan ini
nantinya akan dicatat pada saat perusahaan menyusun laporan keuangannya.
Sebagaimana yang Anda
ketahui bahwa inventaris atau persediaan adalah salah satu aset penting bagi
suatu organisasi, tak terkecuali perusahaan.
Dan apabila perusahaan
ingin mencatatnya di laporan neraca, maka inventaris tersebut perlu memiliki
nilai keuangan atau finansial.
Nilai ini dapat membantu
Anda dalam menentukan rasio perputaran persediaan.
Tak hanya itu, nilai
inventaris nantinya juga akan mempermudah Anda untuk membuat perencanaan
keputusan pembelian Anda.
Sebagai contoh, jika Anda
menjalankan bisnis sepatu dan Anda hanya memiliki 25 pasang sepatu di akhir
periode, maka Anda perlu menghitung nilai keuangannya.
Nilai tersebut harus Anda
catat di laporan neraca Anda. Nah, untuk menghitung nilai inventaris, ada
beberapa metode yang bisa Anda gunakan.
Untuk penjelasan lebih
lanjut mengenai jenis-jenis metode serta alasan kenapa menghitung nilai
inventaris itu penting, jangan berhenti sampai di sini.
Alasan
Pentingnya Mengetahui Penilaian Persediaan Sangat penting bagi
perusahaan untuk mengidentifikasi item yang tidak terjual, perusahaan biasanya
menggunakan aplikasi inventory barang untuk mengidentifikasi hal tersebut.
Selain itu, perusahaan
tentu juga memerlukan tarif yang bisa dikalikan dengan kuantitas atau jumlah
barang untuk mencapai nilai akhir dari inventaris.
Setiap item mungkin memiliki
harga yang berbeda dan bisa jadi mengalami perubahan sepanjang tahun.
Jadi, Anda harus memilih
metode penilaian persediaan yang tepat agar memperoleh hasil yang valid.
Melanjutkan ilustrasi
contoh sebelumnya, berikut ini tabel rincian nilai persediaan yang bisa Anda
lihat dan perhatikan:
Berdasarkan tabel di atas, bisa Anda lihat
bahwa pada akhir tahun atau periode, bisnis Anda punya 25 pasang sepatu yang tidak
terjual.
Akan tetapi karena terjadi
kenaikan dan penurunan harga produk, tentu akan membuat Anda kebingungan dalam
menentukan tarif mana yang harus Anda gunakan.
Maka dari itu, Anda perlu
memilih metode penilaian persediaan yang tepat dalam penghitungan di aplikasi
stok barang yang digunakan.
Pada pembahasan
selanjutnya, artikel ini akan menjelaskan mengenai beberapa metode penilaian
persediaan yang bisa Anda gunakan.
Tentu penjelasan tersebut
juga terdapat pembahasan mengenai cara menghitung nilai persediaan beserta
contohnya.
Macam-Macam
Metode Penilaian Persediaan Dalam ilmu akuntansi,
terdapat tiga metode yang bisa Anda pakai untuk menghitung nilai persediaan.
Di antaranya ada FIFO,
LIFO, dan WAC (Weighted Average Cost). Berikut ini penjelasannya:
1. Metode
FIFO (First In, First Out) Metode penilaian persediaan
yang satu ini mengasumsikan bahwa persediaan yang diproduksi terlebih dahulu
akan menjadi unit pertama yang dijual dan dipenuhi.
Fungsi dari penggunaan
metode ini ialah memudahkan Anda untuk menentukan nilai inventaris berdasarkan
persediaan yang ada meskipun ada perubahan pada HPP.
Menurut metode penilaian
First-In-First-Out (FIFO), barang-barang persediaan dijual dalam urutan yang
sama dengan pembelian atau pembuatannya.
Metode penilaian FIFO
merupakan metode penilaian persediaan yang paling umum digunakan.
Itu karena sebagian besar
perusahaan menjual produk mereka dalam urutan yang sama saat mereka membelinya.
Sebagai contoh, perhatikan
ilustrasi berikut ini:
Bisnis A membeli beberapa
unit laptop pada waktu dan harga yang berbeda.
Pada transaksi atau
pembelian pertama bisnis A membeli sepuluh unit laptop yang masing-masing
seharga Rp. 4.000.000
Kemudian, pada transaksi
kedua, bisnis A membeli lagi lima laptop seharga Rp. 5.000.000 per unitnya.
Pada akhir bulan, bisnis
tersebut telah menjual sebanyak delapan laptop.
Dengan metode penilaian
FIFO, penetapan biaya dihitung dari transaksi pertama, yakni saat membeli
sepuluh laptop seharga Rp. 4.000.000 per unit.
Jadi, cara menghitung nilai
inventaris setelah menjual delapan laptop adalah sebagai berikut:
Saldo akuntansi untuk HPP =
(8 laptop x Rp. 4.000.000) = Rp. 32.000.000
Dua laptop masih tersisa
dari pembelian pertama, masing-masing seharga Rp. 4.000.000, serta lima laptop
dari pembelian kedua masing-masing seharga Rp. 5.000.000. Jadi:
Saldo akuntansi akun
Persediaan = (2 laptop x Rp. 4.000.000) + (5 laptop x Rp. 5.000.000) = Rp. 8.000.000 + Rp.
25.000.000 = Rp. 33.000.000
2. Metode
LIFO (Last In, First Out) Metode penilaian persediaan
last-in-first-out (LIFO) justru merupakan kebalikan dari metode penilaian FIFO.
Menurut metode LIFO, cara
menghitung nilai inventaris adalah dari barang yang paling baru dibeli atau
diproduksi dijual terlebih dahulu.
Dengan LIFO, biaya produk
terbaru yang dibeli atau diproduksi adalah yang pertama dihitung sebagai barang
yang terjual.
Menggunakan metode ini,
biaya produk lama yang lebih rendah akan dilaporkan sebagai nilai persediaan.
Melanjutkan dari contoh
ilustrasi sebelumnya, jika menggunakan metode LIFO, maka cara menghitungnya
adalah sebagai berikut:
Saldo akuntansi untuk HPP =
(8 laptop x Rp. 5.000.000) = Rp. 40.000.000
Dua laptop masih tersisa
dari pembelian pertama, masing-masing seharga Rp. 4.000.000, serta lima laptop
dari pembelian kedua masing-masing seharga Rp. 5.000.000. Jadi:
Saldo akuntansi akun
Persediaan = (2 laptop x Rp. 5.000.000) + (5 laptop x Rp. 4.000.000) = Rp. 10.000.000 + Rp.
20.000.000 = Rp. 30.000.000
3. Metode
WAC (Weighted Average Cost) Dengan metode penilaian
persediaan WAC, persediaan dan Harga Pokok Penjualan dihitung berdasarkan harga
rata-rata semua barang yang dibeli selama suatu periode.
Metode ini banyak digunakan
oleh bisnis yang tidak memiliki begitu banyak variasi dalam inventaris mereka.
Mari gunakan contoh
ilustrasi sebelumnya bahwa bisnis A telah membeli total 15 unit laptop.
Yang mana pada transaksi
pertama, ada sepuluh laptop dengan harga per unitnya adalah Rp. 4.000.000.
Sedangkan pada transaksi
kedua, bisnis A membeli lagi 5 laptop dengan harga Rp. 5.000.000 per unit.
Dengan begitu, rata-rata
biayanya adalah sebagai berikut:
[(Jumlah laptop I x Rp.
4.000.000) + (Jumlah laptop II x Rp. 5.000.000)] ÷ Total Laptop
[(10 x Rp. 4.000.000) + (5
x Rp. 5.000.000)] ÷ 15
(Rp. 40.000.000 + Rp.
25.000.000) ÷ 15 = Rp. 4.300.000
Jadi, setelah berhasil
menjual delapan unit laptop, maka nilai persediaannya adalah:
Saldo akuntansi akun
Persediaan = Jumlah item yang tidak terjual x harga rata-rata = 7 x Rp. 4.300.000 = Rp. 30.100.000
Nah, demikianlah pembahasan
mengenai tiga macam metode penilaian persediaan dalam ilmu akuntansi. |