Masing-masing
dari kita adalah pengusaha, yaitu mengusahakan
apa pun usaha (baca :kegiatan) yang menghasilkan dalam sisi materi. Ada
sebagain dari kita yang telah melakoni usaha sebagai Pengusaha / Entrepreneur
maupun menjadi pegawai. Semua itu diperlukan kestabilan untuk dapat memperoleh posisi
yang lebih baik dan berkembang semakin pesat. Dengan harapan kita dapat lepas
dari zona nyamannya. Sehingga kemudian kita dapat terus membuka peluang –
peluang baru dan mengembangkannya serta dapat
bermanfaat untuk orang banyak. Berbicara
mengenai hal tersebut di atas, maka kita akan masuk pada tahap awal atau cikal bakal
untuk melangkah sukses menjadi wira usahawan
yang mumpuni. Mengapa hal ini menjadi cikal bakal ? Bicara tentang cikal bakal,
maka kita sedang membicarakan tentang “Mindset”
(Baca : caraberfikir) yang dalam. Istilah bisnis disebut “The Individual Entrepreneurial Mindset”, hal ini
yang akan mendorong seseorang keluar dari
zona nyamannya untuk melakukan kegiatan wirausaha, menangkap peluang – peluang baru
bahkan menciptakan peluang. Setelah Mind set tersebut muncul dalam diri kita, sama dengan berharap kita memiliki
kecakapan menciptakan pekerjaan bagi diri kita sendiri. Maka kita perlu untuk mengelolanya
dan memiliki sikap yang bagus terhadap “Mindset” tersebut agar melejitkan diri kita dalam beraktifitas
wira usaha. Dalam banyak
kesempatan, seminar – seminar dan buku-buku tentang wira usaha di sebutkan
paling tidak ada tiga hal yang wajib tertanam dalam diri seorang wira usaha,
yakni Imajinasi (Imagination), Fleksibilitas (flexibility), dan bersedia menerima
resiko (Acceptance of Risk). Paling
sering menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah
mengenai bagaimana kita bisa menerima resiko yang akan muncul. Karena hal ini masih
menjadi gambaran dan bayang-bayang hitam yang selalu menyelimuti perasaan kita. Apakah usaha
saya ini akan berhasil atau gagal ? karena ini berkaitan dengan investasi yang sudah di tanamkan. Contohnya kita telah merasa habis – habisan dalam
investasi dan hal tersebut kita lakukan pada bisnis atau bidang usaha yang sama
sekali belum kita kenal. Jika kita
menarik ke belakang hal yang muncul dalam
benak mengenai hal tersebut, maka kita dapat uraikan. Resiko tersebut merupakan
sebuah probabilitas yang berpeluang “fifty – fifty” antara gagal atau berhasil.
Jadi, bila hal seperti contoh di atas yang
anda lakukan maka anda bukannya orang yang "berani mengambil resiko",
tapi "kurang cerdas", karena peluang untuk gagal atau berhasil tidak
"fifty-fifty" lagi tapi justru peluang untuk gagalnya makin meningkat. Di perlukan
sikap positif dalam dalam berwirausaha. Bagaimana ? Menurut beberapa literatur, sikap positif pola pikir berwira usaha
(The Individual Entreprenerial Mindset Right Attitude) antara lain : ·
Dapat bekerja tanpa supervisi (Able to work without supervision) Hal ini sangat erat kaitannya dengan kejujuran dan disiplin dalam diri kita,
sehingga menimbulkan konsistensi dalam setiap kegiatan usaha dan pekerjaan.
·
Dapat memotivasi diri sendiri
(Able to self-motivate) Hal ini berkaitan dengan seberapa cepat kita
kembali bangkit kembali setelah di terpa permasalahan. Lebih mudahnya di sebut kekuatan untuk tidak mudah menyerah.
·
Dapat membuat keputusan yang cepat
(Able to make quick decisions) Di perlukan tidak sekedar cepat namun juga harus tepat. Untuk hal ini di
perlukan ketajaman analisa dan berfikir. Tidak kalah penting yaitu tidak menunda,
agar dapat mengambil keputusan dengan cepat perlu adanya pembiasaan dan proses.
Pengalaman cukup menentukan dalam point ini.
·
Mampu menghendle stress (Able to handle stress) Upayakan untuk selalu berfikir dan bersikap positif. Sehingga akan lebih mudah untuk
mengembalikan kondisi yang sedang dalam tekanan.
·
Open-minded dan fleksible
(Open-minded and flexible) Selalu berfikir terbuka dan memperluas wawasan. Menerima saran dan kritik yang
membangun dari siapun agar peka terhadap hal-hal yang berkembang di sekitar dan
dapat menangkap peluang yang ada.
·
Berfokus pada bidang usahanya
(Focused) Berusaha untuk menjadi ahli dalam satu bidang itu lebih bermanfaat. Ketimbang banyak
hal namun hanya sekedar kulitnya saja.
·
Gigih (Persistent) Tak kenal menyerah, tidak mudah dipengaruhi dan berusaha untuk terus berkembang
serta memperbaiki kekurangan.
·
Sabar (Patient) Tenang dan selalu melihat dari sisi positif. Sehingga tidak terpancing untuk mensikapi setiap permasalahan dan kendala yang ada dengan emosi. Seseorang yang hendak menciptakan
suatu kegiatan usaha (menjadi wirausaha), wajib memiliki dan mengelola "The Individual Entrepreneurial
Mindset"-nya, seperti berikut (McGrath & MacMillan,
2000: 339): 1. "Develop Insight Into The Customers‘ Behavioral Context" Seorang entrepreneur tidak harus memiliki
produk yang revolusioner, yang lebih dibutuhkan adalah pemikiran revolusioner ke
dalam suatu konteks kehidupan pelanggan, menciptakan ide yang mampu menjadi jawaban
bagi masalah utama pelanggan dalam konteks tersebut. 2. "In An Individual Entrepreneurial Mindset, Everybody Plays" Tindakan menyertakan orang lain dalam kegiatan entrepreneurial merupakan proses
yang penting. Ide beberapa orang yang di
lebur menjadi satu akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada pemikiran satu
orang saja. Seorang entrepreneur akan belajar
banyak hal mengenai team building dan
leadership jika ide ini diterapkan. 3. "Experiment Intelligently" Perumusan strategi bisnis yang dilakukan oleh entrepreneur lebih berdasarkan eksperimen
dan trial-error dari pada analisis dan forecasting. Eksperimen merupakan tindakan
nyata untuk memilih dan memulai proyek ide secara nyata namun dalam skala yang
masih kecil, berbeda dengan analisis dan forecasting yang hanya merupakan perencanaan. Entrepreneur
tidak takut terhadap kegagalan, namun demikian resiko yang akan diterima harus diperhitungkan
dengan matang, agar kegagalan yang akan terjadi dapat diminimalisasi. 4. "Spend Imagination Instead of Money" Seorang entrepreneur secara rutin menggunakan waktu-waktu tertentu untuk berimajinasi
dan berkreasi supaya ide-ide baru muncul. Ide tersebut tidak selalu mengenai pengembangan
produk, tetapi juga hal-hal yang
berkaitan dengan operasional dan promosi pemasaran. Untuk berhasil,
entrepreneur lebih bergantung pada imajinasi idenya dari pada besaran nominal uang yang dimiliki. 5. "Framing Is Crucial To The Entrepreneurial Leader" Tanpa kerangka kerja yang jelas, semua
orang akan terjebak dalam ketidakpastian. Seorang yang memiliki entrepreneurial mindset mampu menyediakan kerangka system pekerjaan
yang jelas bagi semua orang yang bekerja bersamanya. Dengan demikian,
setiap orang akan mampu bekerja dengan efektif dan mampu menghadapi tantangan ke
depan dengan lebih pasti. 6. "Be Ruthless With Respect To Priorities" Seorang entrepreneur harus mampu memilah tugas, mana yang perlu atau tidak untuk
dilakukan, mana yang sifatnya segera atau
dapat ditunda. 7. "Using Measures Early On is better than using precise ones too
late" The Individual Entrepreneurial mindset
dapat terus dikembangkan dengan cara menggunakan ukuran atau batasan untuk setiap persoalan. Beberapa standar harus ditetapkan terlebih
dulu oleh seorang entrepreneur untuk memastikan
kualitas pekerjaan dan produk yang dihasilkan. 8. "Pay Attention To The Cost Of Failure" Tidak ada seorangpun entrepreneur di dunia ini yang tidak pernah mengalami kegagalan.
Dalam kondisi yang tidak menentu,
seorang entrepreneur hanya memiliki control terbatas terhadap kemungkinan terjadinya
kegagalan. Bahkan kegagalan merupakan harga yang harus dibayar untuk masuk ke peluang baru
berikutnya. Biaya akan kegagalan (cost of failure) masih dapat dikontrol, Jika seorang
entrepreneur memiliki calculated risk
taking mindset. Meminimalisasi biaya kegagalan, bukan meminimalisasi jumlah kegagalan. Sekarang
waktunya untuk memulai. Tidak perlu berfikir terlalu lama dan panjang, mulailah
saat ini juga.
Jika kita
terus menerus menghitung – hitung untung atau rugi atas rencana usaha yang akan
kita jalankan. Maka usaha tersebut tidak akan berjalan segera. Namun jika secepatnya buka usaha dan menjalankan maka kita pasti berhitung dan
akan terus berhitung. |